Peradaban Bangsa Arab Sebelum Dan Sesudah Islam
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya, Sehingga kami
penulis dapat menyesaikan Makalah Ini yang berjudul Peradaban Bangsa Arab Sebelum Dan Seudah Islam tepat pada waktunya.
Shalawat
dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Kekasih Allah nabi besar
Muhammad SAW. Karena berkat beliau yang telah membawa kita dari alam kebodohan
ke alam yang berilmu pengetahuan yang kita rasakan seperti sekarang ini
Kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari pembaca guna
kesempurnaan makalah ini
Panton labu, Oktober 2014
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1. Latar Belakang
.............................................................. 1
1.2.
Tujuan........................................................... 1
BAB II
TEORI DAN PEMBAHASAN.................................................. 3
2.1. Masyarakat Arab Pra-Islam ( Sebelum Islam )........... 3
2.2.
Periode Klasik ( Sesudah
Islam )…..…………….……. 4
BAB III
PENUTUP................................................................................ 8
3.1.
Kesimpulan.....................................................................
8
3.2.
Saran................................................................................
8
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................
9
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Arab merupakan suatu lokasi geografis yang memiliki
keterkaitan sejarah dengan munculnya Islam. Islam mulai tumbuh di wilayah
padang pasir, oleh beberapa ilmuwan, dinilai karena ada banyak factor yang
menghendaki lahirnya agama baru yang lebih egaliter dan humanis, agama yang
tidak lagi memandang wanita sebelah mata, menganggap bayi perempuan sebagai
sebuah aib dan fanatisme kesukuan yang berpotensi besar bertabuhnya genderang
perang dan yang menutup ruang toleransi dan lain-lain.
Masa sebelum Islam, khususnya kawasan jazirah Arab ini , disebut masa jahiliyyah. Julukan semacam ini terlahir disebabkan oleh
terbelakangnya moral masyarakat Arab khususnya Arab pedalaman (badui) yang
hidup menyatu dengan padang pasir dan area tanah yang gersang. Mereka pada
umumnya hidup berkabilah. Mereka berada dalam lingkungan miskin pengetahuan.
Situasi yang penuh dengan kegelapan dan kebodohan tersebut, mengakibatkan
mereka sesat jalan, tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan, membunuh anak
dengan dalih kemuliaan, memusnahkan kekayaan dengan perjudian, membangkitkan
peperangan dengan alasan harga diri dan kepahlawanan. Suasana semacam ini terus
berlangsung hingga datang Islam di tengah-tengah mereka.
Namun demikian, bukan berarti masyarakat Arab pada waktu itu sama sekali
tidak memiliki peradaban. Bangsa Arab sebelum lahirnya Islam dikenal sebagai
bangsa yang sudah memiliki kemajuan ekonomi. Makkah misalnya pada waktu itu merupakan kota dagang
bertaraf internasional.
Hal ini diuntungkan oleh posisinya
yang sangat strategis karena terletak di persimpangan jalan penghubung jalur
perdagangan dan jaringan bisnis dari Yaman ke Syiria. Rentetan
peristiwa yang melatar belakangi lahirnya Islam merupakan hal yang sangat
penting untuk dikaji. Hal demikian karena tidak ada satu pun peristiwa di dunia
yang terlepas dari konteks historis dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya.
Artinya, antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya terdapat hubungan yang
erat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan Islam dengan situasi dan
kondisi Arab pra Islam.
1.2.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang
diatas, yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
keadaan masyarakat Arab sebelum Islam datang?
2.
Bagaimana
keadaan masyarakat Arab setalah Islam datang?
1.3.
Tujuan Pembahasan
Tujuan dari penyusunan makalah
ini antara lain :
1. Mengetahui keadaan masyarakat Arab
sebelum Islam datang.
2. Mengetahui keadaan masyarakat Arab
setelah Islam datang.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Masyarakat Arab Pra-Islam ( Sebelum
Islam )
Sebelum Islam
datang, masyarakat Arab dikenal dengan nama masyarakat Jahiliyah, yang berarti
bodoh. Sebutan Jahiliyah diberikan kepada masyarakat Arab dikarenakan pola
kehidupan mereka yang bersifat primitive dan ummi yang berarti buta (tidak mengenal baca
dan tulis). Masyarakat Arab
pra-Islam hidup berpindah-pindah (nomaden) dan berkabilah-kabilah. Sebuah
kabilah yang dipimpin oleh seorang kepala yang disebut Syaikh Al-Qabilah. Antara kabilah satu dan yang lain
sering terjadi persaingan dan perselisihan. Perselisihan keras antar kabilah
memaksa bangsa Arab pra-Islam menghabiskan sebagian besar waktu mereka dalam
peperangan.
Sebab-sebab terjadinya
perang adakalanya bersifat elementer seperti perebutan kekuasaan, adakalanya
bersifat spele seperti kata-kata yang bersifat menyinggung perasaan seseorang,
dan lain sebagainya.Akibat dari perselisihan itu tidak sedikit darah yang
tertumpah sia-sia. Kebiasaan buruk masyarakat Arab Jahiliyah adalah membunuh
anak perempuan mereka dengan dalih kemuliaan dan kesucian.Sebagian besar bangsa
Arab Jahiliyah adalah penyembah berhala, masing-masing kabilah memiliki berhala
sendiri-sendiri. Yang terkenal diantaranya adalah Lata, Uzza, Manah, dan Hubal.
Patung milik Quraisy yang terbuat dari aqiq dan batu hitam.
Arab pada zaman
Jahiliyah sudah mencapai kebudayaan rohani yang tidak kalah maju dari
kebudayaan bangsa-bangsa lain semasa di sekitarnya. Akan tetapi, mereka
tertinggal jauh oleh bangsa lain dalam aspek kebudayaan yang bersifat materi.
Gambaran mengenai kebudayaan bangsa Arab Jahiliyah dapat disimak dari bahasa
Arab dan syair Jahiliyah yang menunjukkan kehidupan yang telah mencapai tingkat
kemajuan.
Peranan syair sangat
dominan dalam kehidupan masyarakat Jahiliyah. Syair pada zaman Jahiliyah
memiliki peranan sebagai pers dalam kebudayaan modern dengan syair mobilitas
sosial bisa dilakukan dengan efektif.
2.2. Periode Klasik ( Sesudah Islam )
Periode klasik (650-1250M). Periode ini meliputi dua
masa. Yaitu: masa kemajuan dan masa disintegrasi. Yang termasuk dalam masa
kemajuan, yaitu masa Rasulullah SAW, Khulafaurrasyidun, Bani Umayyah, dan masa
permulaan daulah Abbasiyah. Pada masa ini, Islam berkembang dari system
keagamaan pada masa Makkah menjadi sistem kenegaraan pada masa Madinah, dan
pada masa Bani Umayyah di Damaskus. Setelah itu Islam berkembang menjadi pusat
kebudayaan dan peradaban, yaitu pada masa Daulah Abbasiyah di Baghdad dan
Daulah Amawiyah II di Andalusia. Setelah Islam mencapai puncak keemasannya
(650-1000M), maka tibalah masa disintegrasi (1000-1250) yang ditandai
dengan lemahnya kekuasaan khalifah dan semata-mata sebagai boneka bagi
pengawalnya dan lemahnya control pemerintahan pusat terhadap daerah-daerah yang
jauh letaknya dari pusat.
Pada masa kemajuan itu,
ditandai dengan diutusnya Nabi menjadi Rosul, dan adapula yang berpendapat
bahwa periode ini di tandai dengan peristiwa hijrahnya Rasulullah ke Madinah
(16 Juli 622M). Nabi diutus untuk menyebarkan agama Islam dan perantaranya
adalah Al-Qur’an. Karena pada saat itu masyarakat Jahiliyah sangat gandrung
dengan kesusastraan.
Maka dari itu,
Al-Qur’an di turunkan dengan bahasa sastra, seperti yang lazim dipakai oleh
masyarakatnya. Hal ini didasarkan atas pertimbangan:
1. Untuk
menyesuaikan diri dengan tradisi masyarakatnya, sehingga dengan demikian mereka
bisa berkomunikasi dengan bahasa Arab.
2. Untuk
menantang mengungguli syair-syair Jahiliyah, sehingga Al-Qur’an memiliki daya
hidup dan vitalis yang tinggi di tenah-tengah aktivitas dan kepandaian orang
Arab dalam bersyair. Fungsi Al-Qur’an sebagai mu’jizat bagi kelangsungan tugas
Nabi Muhammad SAW.
Selama 10 tahun
Rasulullah tinggal di Madinah, sehingga ia dan kaun muslimin mendapatkan
kesempatan untuk menaklukkan Makkah dan membebaskan Ka’bah dari berbagai berhala
yang sebelumnya berada di sekitarnya. Nabi meninggal di usia 63 tahun pada
tahun 632M/11H. Setelah itu kepemimpinan umat Islam berada di tangan Abu Bakar
(w.634M/11H). Kebijakan pertama yang di lakukannya adalah memerangi orang-orang
yang murtad dan golongan yang menolak membayar zakat. Pada masa itu pula ia
berhasil mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushaf yang sebelumnya berserakan
dalam berbagai tulisan di pelepah kurma, batu tipis, tulang, dan lembaran kain
.
Umar bin Khattab (w.
644M/23 H) melanjutkan kepemimpinan Islam setelah Abu Bakar. Usman bin Affan
(w. 656M/35H), pada masa pemerintahannya ia berhasil menyusun Al-Qur’an dalam
satu bentuk bacaan, yang sebelumnya memiliki banyak versi. Usman meninggal
terbunuh usia 82 tahun ketika ia membaca Al-Qur’an akibat ketidakpuasan
rakyatnya atas kebijakan politiknya yang cenderung nepotisme.
Pada masa Ali bin Abi
Tholib (w.661M/40H) terjadi berbagai kerusuhan dan kekacauan pasca terbunuhnya
Usman. Ada satu keputusan yang ditetapkan Ali,
yaitu memerangi kelompok pembangkan tersebut yang berujung pada perang Jamal
yang dipimpin oleh Aisyah dan perang Shiffin yang dipimpin oleh Mu’awiyah.
Pemerintahan Abu Bakar ke Ali disebut masa khulafaurrasyidun. Setelah
itu, beralih menjadi kerajaan turun temurun. Dinasti pertama didirikan oleh
Mu’awiyah bin Abi Sufyan (w.661M/41H).
Dinasti Basni Umayyah mencapai puncak kejayaan pada masa Al-Walid (w.715M/96H).
Sedang, Umar bin Abdul Aziz(w.720M/101H) adalah seorang khalifah Umayyah yang terkenal
dengan ketaqwaan, kezuhudan, dan kejujurannya. Ia adalah khalifah ketiga
setelah Abu Bakar dan Umar dari Khulafaurrasyidun.
Secara umum masa kekuasaan dinasti Umayah berlangsung selama 91 tahun.
Khalifah-khalifah besar dari dinasti Umayah adalahMu’awiyah bin Abi Sufyan
(660-680 M)/40-60H), ‘Abd al-Malik bin Marwan (685-705M/65-86H), al-Walid bin
‘Abd al-Malik(705-715M/86-96H0, Umar bin ‘Abd Aziz (717-720M/99-101H).
Sedangkan Marwan bin Muhammad (w.750M/132H).
Penyebab keruntuhan dinastu Umayah ada dua faktor,pertama: faktor intern, yaitu adanya persaingan
dan perebutan kekuasaan diantara para keluarga khalifah. Kedua: factor ekstern, yaitu
adanya perselisihan dan pengaruh yang cenderung yang mengarah pada fanatisme
golongan Arab Mudariyah di Utara dan Yamaniyah di Selatan.
Dinasti Abbasiyah adalah pelanjut dinasti Umayyah. Pendiri dinasti tersebut
adalah Abu al-Abbas al-Saffah (w.754M/136H) yang didukung oleh kaum Mawali
pimpinan Abu Muslim yang berasal dari Khurasan, yaitu orang muslim non-Arab.
Meskipun al-Saffah
disebut sebagai pendiri Bani Abbasiyah, namun penggantinya Abu Ja’far Al-Mansur
(w.776M/158H) yang harus disebut sebagai Pembina dan peletak dasar dinasti yang
sebenarnya. Dinasti Abbasiyah mencapai puncak kejayaan pada masa Harun
Al-Rosyid (w.809M/193H), perhatiannya lebih banyak di curahkan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat dan keperluan social sampai-sampai kehidupan
mewah, kesenangan dan kebesarannya digambarkan dalam cerita seribu satu malam.
Pengganti al_rosyid
adalah Al-Amin (w.813M/198H), putranya adalah Al-Ma’mun (w.833M/218H).
selanjutnya diganti oleh al-Mu’tashim (w.843M/227H). jadi, khalifah dinati
Abbasiyah yang terakhir adalah al-Mu’tashim (w.1258M/656H) dan ia berkuasa ketikakota Baghdad diserbu oleh serangan Hulagu Khan
tahun 1258 M. Perbedaan antara dinasti Bani Umayyah dengan dinastu Bani
Abbasiyah adalah: Pertama,
Bani Umayyah lebih mendahulukan solidaritas Arabnya, Kedua, konsentrasi Bani Umayyah lebih besar
pada perluasan wilayah Islam, dan dinasti Bani Abbasitah lebih banyak
konsentrasinya pada peningkatan sumber daya menusia dengan menonjolkan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan, hingga peradaban Islam mencapai tingkat yang
tinggi.
Secara umum periode klasik terbagi menjadi
dua. Pertama, pada masa kemajuan dan keemasan Islam yang terjadi mulai tahun
650M sampai tahun 1000M. Sedangkan period kedua adalah masa kemunduran dan
disintegrasi yang dimulai tahun 1000M hingga runtuhnya Baghdad pada tahun 1258 M.
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1.
Bangsa Arab sebelum datangnya Islam, dalam kondisi primitive,
dan ummi. Oleh karena itu, mereka disebut Arab Jahiliyah. Periode Klasik Islam
Arab mempunyai dua masa, yaitu : masa kemajuan, dan masa disintegrasi.
2.
banyak adat orang Arab yang dinilai kurang
baik dan bertentangan dengan nilai –nilai kemanusiaan secara umum dan yang
kemudian dirubah setelah datangnya Islam di jazirah tersebut. Kebiasaan
kebiasaan tersebut antara lain peribadatan dengan banyak tuhan yang
sesembahannya itu dimanifestasikan dengan batu, kayu atau logam atau berupa
benda-benda alam yang dinilai memiliki kekuatan supra natural.
Kebiasaan ini kemudian mulai digeser dengan
ajaran Nabi Muhammad SAW. Kebiasaan buruk lainnya adalah memperlakukan
perempuan dan budak tidak selayaknya manusia yang kemudian dicounter sedemikian
rupa oleh Islam melalui ajaran-ajaranya untuk diposisikan pada derajat yang
sama dengan yang lainnya
3.2.
Saran
Semoga apa yang ada dalam makalah ini bermanfaat bagi
pembaca terutama bagi kami penulis sendiri. kami penulis mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
2. Study
Islam IAIN Ampel Surabaya. ( Pengantar
Study Islam.Surabaya: Sunan Ampel Press, 2010),
3. Abd.
Jabbar Adlan, (Sejarah dan Pembaharuan Islam, Surabaya: Anika Bahagia
Offset. 1995),
4. Study
Islam IAIN Ampel Surabaya. (Pengantar
Study Islam.Surabaya: Sunan Ampel Press. 2010
5. Hasan
Ibrahim Hasan. ( Tarijh al-Islam
al-Siyasi wa al-Dini wa al-Thaqafi wa al-Ijtima’I, vol II Cairo:
MAktabat al-Nahdah al Misriyah, 1979),
6. Study
Islam IAIN Ampel Surabaya, Pengantar
Study Islam. (Surabaya: Sunan Ampel Press, 2010),
7. CE.
Bosworth, The Islamic Dynasties,
Terj. Ilyas Hasan, (Bandung: Mizan, 1993),